Sunday, February 17, 2008

Panduan Bersandar Bulat kepada Rahmat Allah

HIKMAH 1) SETENGAH DARI TANDA BAHAWA SESEORANG ITU BERSANDAR DIRI PADA KEKUATAN AMAL USAHANYA, IAITU BERKURANGNYA PENGHARAPAN TERHADAP RAHMAT KURNIA ALLAH KETIKA TERJADI PADANYA SUATU KESALAHAN/DOSA.
-
Kalimah: Laa ilaha illallah. Tidak ada Tuhan, bererti tidak ada tempat bersandar, berlindung, berharap kecuali Allah, tidak ada yang menghidupkan dan mematikan, tiada yang memberi dan menolak melainkan Allah.
-
Zahirnya syariat menyuruh kita berusaha, beramal, sedang hakikat syariat melarang kita menyandarkan diri pada amal usaha itu, supaya tetap bersandar pada kurnia rahmat Allah SWT.
-
Kalimah: Laa haula walaa quwwata illa billahi.
Tidak ada daya untuk mengelakkan diri dari bahaya kesalahan dan tidak ada kekuatan untuk berbuat amal kebaikan kecuali dengan bantuan pertolongan Allah dan kurnia rahmatNya semata-mata.
-
Firman Allah:

قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
"Katakanlah: Hanya kerana merasakan kurnia rahmat Allahlah kamu boleh bergembira, dan itulah yang terlebih baik bagi mereka daripada apa yang dapat mereka kumpulkan sendiri." (Yunus: 58)
-
Sedang bersandar pada amal usaha itu bererti lupa pada kurnia rahmat Allah yang memberi taufiq, hidayah kepadanya yang akhirnya ia pasti ujub, sombong dan merasa sempurna diri. Sebagaimana yang terjadi kepada iblis ketika diperintah bersujud kepada Adam, ia berkata "Aku lebih baik dari dia (Adam)"
Dan telah terjadi kepada Qaarun ia berkata:
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِندِي
"Sesungguhnya aku mendapat kekayaan ini kerana ilmuku semata-mata" (Al-Qasas:78)
-
Apabila kita dilarang menyekutukan Allah dengan berhala, batu, kayu, pohon, binatang dan manusia, maka janganlah menyekutukan Allah dengan kekuatan diri sendiri, seolah-olah merasa sudah cukup kuat dan dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan Allah, tanpa rahmat taufiq hidayah dan kurnia Allah.
-
Sedangkan kita harus bertauladan pada nabi Sulaiman AS. Ketika ia menerima nikmat kurnia Allah, ketika mendapat istana raja Balqis.
Firman Allah:
قَالَ هَذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
"Ini semata-mata dari kurnia Tuhanku, untuk menguji padaku, apakah bersyukur atau kufur. Maka siapa yang bersyukur, maka syukur itu untuk dirinya sendiri. Dan siapa yang kufur, maka Tuhanku Zat yang terkaya lagi maha pemurah"
-
HIKMAH 2: KEINGINAN UNTUK TAJRID (MELULU BERIBADAT, TANPA BERUSAHA DUNIA), PADAHAL ALLAH MASIH MENEMPATKAN ENGKAU PADA GOLONGAN ORANG-ORANG YANG HARUS BERUSAHA KASAB UNTUK MENDAPAT KEPERLUAN HARI-HARI, MAKA KEINGINANMU ITU TERMASUK SYAHWAT HAWA NAFSU YANG SAMAR (HALUS). SEBALIKNYA KEINGINANMU UNTUK BERUSAHA KASAB, PADAHAL ALLAH TELAH MENEMPATKAN DIRIMU PADA GOLONGAN ORANG YANG MELULU BERIBADAT TANPA KASAB, MAKA KEINGINAN YANG DEMIKIAN MENURUN DARI SEMANGAT DAN TINGKAT YANG TINGGI

MUQADDIMAH

Segala puji bagi Allah, tuhan yang mengisi (memenuhi) hati para walinya dengan kasih sayangNya, dan mengistimewakan jiwa mereka dengan memperhatikan kebesaranNya, dan mempersiapkan sir mereka untuk menerima bahan makrifatNya (mengenal padaNya), maka hati nurani mereka merasa bersuka-ria dalam kebun makrifatNya, dan roh mereka bersuka-suka di alam malakutNya, sedang sir mereka berenang di lautan jabarut, maka keluar dari alam fikiran mereka pelbagai permata ilmu, dan dari lidah mereka mutiara hikmat/pengertian. Maha Suci Allah yang memilih mereka untuk mendekat kepadaNya, dan mengutamakan mereka dengan kasih sayangNya.
-
Maka terbahagi antara salik dan majdzub, dan menyintai dengan yang dicintai, mereka tenggelam dalam cinta ZatNya dan timbul kembali kerena memperhatikan sifatNya.
-
Dan Selawat dan salam atas junjungan kita nabi Muhammad SAW, sumber dari semua ilmu dan nur, bibit dari semua makrifat dan sir (rahsia). Dan semoga Allah redha pada keluarga dan sahabatnya yang tetap taat mengikuti jejaknya. Aaamiin.
-
Amma ba'du: Adapun dalam segala masa maka ilmu tasawwuf yang dahulunya atau hakikatnya ilmu tauhid untuk mengenal Allah, maka termasuk semulia-mulia ilmu terbesar dan tertinggi. Sebab ia sebagai intisari daripada syari'at. Bahkan menjadi sendi utama dalam agama islam. Sebab Allah telah berfirman:-


وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah aku jadikan jin dan manusia kecuali supaya mereka mengenal Aku"
-
Kerana pengertian ilmu tauhid, telah berubah nama menjadi ilmu kalam, ilmu filsafat yang sama sekali, seolah-olah tidak ada hubungannya dengan akhlaq dan amal usaha, maka timbul nama ilmu tauhid yang dijernihkan kembali dari sumber asal yang diajarkan dan dilakukan oleh Nabi SAW dan sahabatnya.
-
Sebab dari ilmu inilah akan dapat memancar nur hakikat, sehingga dapat menilai semua soal hidup dan penghidupan ini dengan tuntunan dari Allah dan pelaksanaan Rasulullah SAW.
Sedang kita Al-Hikam yang disusun oleh Abul Fadhel Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdurrahman bin Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Al-husain bin Atha'Allah Al-Iskandary, sehingga tampak benar bahawa ia berupa ilmu ladunni dan rahsia quddus.
-
Adapun had (definisi) ilmu tasawwuf (tauhid) Aljunaid berkata:
--- a. Mengenal Allah, sehingga antaramu dengan Allah tidak ada perantara (hubungan dengan Allah tanpa perantara).
--- b. Melakukan semua akhlak yang baik menurut sunnaturrasul dan meninggalkan semua akhlaq yang rendah.
--- c. Melepas hawa nafsu menurut sekehendak Allah.
--- d. Merasa tiada memiliki apapun, juga tidak dimiliki oleh sesiapapun kecuali Allah.
-
Ada pun caranya: iaitu mengenal asmaa' Allah dengan penuh keyakinan, sehingga menyedari sifat-sifat dan af'aal Allah di alam semesta ini.
Adapun Gurunya: Maka Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan melalui wahyu dan melaksanakannya lahir batin sehingga diikuti oleh para sahabat-sahabatnya radiallahu 'anhum.
Adapun manfaatnya: Mendidik hati sehingga mengenal zat Allah, sehingga berbuah kelapangan dada, dan bersih hati dan berbudi pekerti yang luhur menghadapi semua makhluk.
-
Abul-Hassan Asysyadzili ra. berkata: Perjalanan kami terdiri di atas lima:
--- 1. Taqwa pada Allah lahir dan batin dalam peribadi sendiri atau di muka umum.
--- 2. Mengikuti Sunnaturrasul dalam semua kata dan perbuatan.
--- 3. Mengabaikan semua makhluk dalam kesukaan atau kebencian mereka. (Yakni: tidak menghiraukan apakah mereka suka atau benci.)
--- 4. Rela (redha) menurut hukum Allah ringan atau berat.
--- 5. Kembali kepada Allah dalam suka dan duka.
-
Maka untuk melaksanakan taqwa harus berlaku wara' (menjauhi semua yang makruh, syubhat dan haram), dan tetap istiqamah dalam mentaati semua perintah, yakni tetap tabah tidak berubah.
Dan untuk melaksanakan sunnaturrasul harus selalu waspada dan melakukan budi pekerti yang luhur.
Dan untuk melaksanakan tidak hirau pada makhluk dengan sabar dan tawakkal (berserah diri pada Allah Ta'ala).
Dan untuk melaksanakan: Rela (redha) pada Allah dengan terima (qana'ah/tidak rakus) dan menyerah.
Dan untuk melaksanakan: Kembali kepada Allah suka duka dengan bersyukur dalam suka dan berlindung denganNya dalam duka.
Dan semua ini berpokok pada 5:
--- 1. Semangat yang tinggi
--- 2. Berhati-hati dari yang haram atau menjaga kehormatan
--- 3. Baik dalam berkhidmat sebagai hamba.
--- 4. Melaksanakan kewajipan
--- 5. Menjunjung tinggi nikmat
Maka siapa yang tinggi semangat, pasti naik tingkat darjatnya.
Dan siapa yang meninggalkan larangan yang diharamkan Allah, maka Allah akan menjaga kehormatannya.
Dan siapa yang benar dalam taatnya, pasti mencapai tujuan kebesaranNya/kemuliaanNya.
Dan siapa yang melaksanakan tugas kewajipannya dengan baik, maka bahagia hidupnya.
Dan siapa yang menjunjung tinggi nikmat, bersyukuri dan selalu akan menerima tambahan nikmat yang lebih besar
-
Abul-Hasan Asysyadzily ra. berkata: Aku dipesan oleh guruku (Abdus-Salam bin Masyisy ra.): Jangan anda melangkahkan kaki kecuali untuk sesuatu yang dapat mencapai keredhaan Allah, dan jangan duduk di majlis kecuali yang aman dari murka Allah yakni yang bukan maksiat. Dan jangan bersahabat kecuali kepada yang dapat membantu berbuat taat kepada Allah. Dan jangan memilih sahabat karib kecuali orang yang menambah keyakinanmu terhadap Allah. Sedang yang sedimikian ini, kini sangat jarang ditemui.
-
Sayid Ahmad Al-Badawi ra berkata: Perjalanan kami berdasarkan kitab Allah dan sunnaturrasul:
--- 1. Benar dan jujur
--- 2. Bersih hati
--- 3. Menepati janji
--- 4. Menanggung tugas dan derita
--- 5. Menjaga kewajipan
Seorang muridnya yang bernama Abdul-Aali bertanya: Apakah syarat yang harus diperbuat oleh orang yang ingin menjadi waliyullah?
Jawabnya: Seorang yang benar-benar dalam syari'at ada dua belas tanda-tandanya:
--- 1. Benar-benar mengenal Allah (yakni mengerti benar tauhid dan mantap iman keyakinannya kepada Allah.)
--- 2. Menjaga benar-benar perintah Allah.
--- 3. Berpegang teguh pada sunnaturrasul SAW.
--- 4. Selalu berwudhu' (yakni bila berhadas, segera memperbaharui wudhu')
--- 5. Rela menerima hukum qadha' Allah dalam suka dan duka
--- 6. Yakin terhadap semua janji Allah
--- 7. Putus harapan dari segala yang ada pada tangan makhluk (manusia)
--- 8. Tabah, sabar menanggung berbagai derita dan gangguan orang
--- 9. Rajin mentaati perintah Allah
--- 10. Kasih sayang terhadap semua makhluk Allah.
--- 11. Tawadhu', merendah diri terhadap yang lebih tua, atau lebih muda.
--- 12. Menyedari selalu bahawa syaitan itu musuh yang utama.
Sedang sarang syaitan itu dalam hawa nafsumu dan selalu berbisik untuk mempengaruhimu.
Firman Allah:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
"Sesungguhnya syaitan itu musuhmu, maka waspadalah selalu dari tipu daya musuh itu" (Al-Fathir-6)
-
Kemudian Ahmad Al-Badawy melanjutkan nasihatnya: Hai Abdul Aal, berhati-hatilah daripada cinta dunia. Sebab itu bibit dari segala dosa, dan dapat merosak amal soleh.
Sebagaimana Sabda Nabi SAW
"Hubbud dunya raksu kulli khotiiatin"
"cinta dunia itu pokok segala kejahatan"
Sedang Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
"Sesungguhnya Allah selalu menolong/membantu orang yang taqwa, dan orang yang benar-benar berbuat baik." (An-nahl-128)
-
Orang boleh kaya dunia, tetapi Nabi SAW melarang jangan cinta dunia, seperti Nabi Sulaiman AS dan para sahabat yang kaya, kita harus menundukkan dunia, dunia tidak boleh diletakkan dalam hati.
-
Hai Abdul-Aal: kasihanilah anak-anak yatim dan berikan pakaian kepada orang yang tidak berpakaian, dan beri makan pada orang yang lapar, dan hormatilah tetamu dan orang gharib (perantau), semoga dengan begitu anda diterima oleh Allah. Dan perbanyakkanlah zikir, jangan sampai termasuk golongan yang lalai di sisi Allah. Dan ketahuilah bahawa satu rakaat di waktu malam lebih baik dari seribu rakaat di waktu siang, dan jangan mengejek bala/musibah yang menimpa seseorang.
Dan jangan berkata Ghibah dan Namimah (menyebut keburukan orang lain atau mengadu domba antara seorang dengan yang lain). Dan jangan membalas, mengganggu pada orang yang mengganggumu. Dan maafkan orang yang aniaya padamu. Dan berilah pada orang yang bakhil padamu. Dan berlaku baik pada orang yang jahat padamu. Dan sebaik-baik manusia akhlak budi pekertinya ialah yang paling sempurna imannya. Dan siapa yang tidak berilmu, maka tidak berharga di dunia dan akhirat. Dan siapa yang tidak sabar, tidak berguna ilmunya. Siapa yang tidak dermawan, tidak mendapat keuntungan dari kekayaannya. Siapa yang tidak sayang sesama manusia, tidak mendapat hak syafaat di sisi Allah SWT. Siapa yang tidak sabar tidak mudah selamat. Dan siapa yang tidak bertaqwa, tidak berharga di sisi Allah. Dan siapa yang memiliki sifat-sifat ini tidak mendapat tempat di syurga.
Berzikirlah pada Allah dengan hati yang hadir (khusyu') dan berhati-hati daripada lalai, sebab lalai itu menyebabkan hati beku. Dan serahkan dirimu pada Allah, dan relakan hatimu menerima bala ujian sebagaimana kegembiraanmu ketika menerima nikmat dan kalahkan hawa nafsu dengan meninggalkan syahwat.